Antara Keenan, Malik & Karina


Keenan dan ketiga temannya sudah berkumpul di tempat biasa mereka nongkrong, hanya ada mereka berempat. Karena yang lainnya masih ada mata kuliah, sebenarnya hari ini hari dimana mereka ingin mempertemukan Keenan dan Malik untuk meluruskan permasalahan yang ada. Sejak hari dimana mereka bertengkar, keduanya menjadi sangat canggung dan tidak mau betemu satu sama lain. Malik yang kesal karena Keenan telah mendorong Azel dengan keras sehingga dirinya terjatuh ke tanah sementara Keenan masih ada rasa kesal yang sangat lama terpendam dalam dirinya lada Malik.

Tak lama kemudian suara beberapa motor mulai terdengar dan berhenti di tempat tongkrongan mereka. Mereka adalah Jean, Jeremy, Theo dan Malik. Raut wajah Keenan berubah seketika saat Malik ada diantara mereka. Ia bergegas menggemblok tasnya dipundak lalu melangkah pergi dari sana, namun tangannya ditahan oleh Regaf.

“Lo mau kemana?” tanya Regaf.

“Bukan urusan, lo,” ketus Keenan.

“Nan, selesain dulu permasalahan lo sama bang Malik, jangan kayak gini,” kini Ezra yang berbicara.

“Urusan gue sama dia, lo semua gak usah ikut campur,” lagi-lagi Keenan membalasnya dengan ketus.

“Kita harus ikut campur, Nan, karena lo sama bang Malik itu keluarga. Gue gak mau jadi awkward gini,” ucap Regaf.

Keenan berdecak kesal ketika mendengar Regaf berbicara. Niatnya untuk senang-senang disini tapi semua tidak berjalan sesuai ekspektasinya, Keenan sangat muak melihat wajah Malik sekarang.

“Gue mau ngomong sama lo,” ucap Malik yang baru saja sampai dan langsung tertuju pada Keenan.

“Gue gak ada waktu,” Malik menahan tubuh Keenan supaya tidak pergi dan itu membuat emosinya memuncak kembali.

“Mau lo apa, sih?!” ucap Keenan yang sedikit berteriak.

“Nan, we need to talk, kita harus selesaiin masalahnya,” kata Malik.

“Gue bilang gue gak ada waktu! Lo budek apa gimana?” kesal Keenan.

“Nan, jangan kayak gini, kita obrolin bareng-bareng biar semuanya jelas,” kini Jeremy ikut berbicara.

“Apalagi yang mau diobrolin, sih? Semuanya udah jelas, gue gak mau denger apapun lagi,” lagi-lagi Keenan ditahan untuk tidak pergi dari sana.

Keenan menghembuskan napasnya kasar, ia masih mencoba untuk menahan amarahnya agar tidak meluap.

“Lo batu banget, ya, Nan. Omongin dulu apa susah nya, sih,” ketus Jeremy.

Regaf mencoba menenangkan Keenan agar mau berbicara terlebih dahulu, ia memegang kedua bahu Keenan dan mulai berbicara.

“Lo tenang dulu, Nan. Gue tau lo kesel tapi kita ngomongin ini dulu, ya, biar semuanya jelas. Urusan lo kalo emang masih marah sama semuanya. Tapi gue mohon, lo harus ngomong sama bang Malik,” ucap Regaf.

Keenan diam sebentar, ia mencoba mengatur napasnya kembali dan mencoba untuk tenang lalu duduk di sofa kecil dan memalingkan wajahnya. Diikuti oleh Malik yang duduk berhadapan dengan Keenan yang sudah mau berbicara dengannya. Malik akan pelan-pelan berbicara.

“Sorry kalo gue ungkit yang dulu, gue mau ngurutin kejadian waktu itu biar lo gak salah paham lagi,” ucap Malik yang dengan tenang berbicara.

“Langsung aja,” kata Keenan.

Malik berusaha untuks setenang mungkin karena jika dia juga emosi, Keenan tidak akan mau berbicara padanya.

“Waktu itu, gue sama Karina emang lagi pergi ke taman. Sampe disana gue izin sama Karina buat ke minimarket, gue bilang sama dia supaya gak kemana-mana. Tapi pas gue balik dari minimarket, Karina udah dikerumuni orang-orang, ya dengan tubuh banyak darah.”

“Gue syok disana, gue langsung bawa Karina ke rumah sakit dan hubungin lo. Gue udah jujur sama lo, Nan, tapi lo gak pernah percaya sama gue.”

“Gak ada sedikit niatan untuk bikin Karina kayak gitu, gue gak mau, karena gue sayang sama Karina, gue cinta, Nan. Gue udah pernah janji buat terus jagain kakak lo, gue lakuin itu-

“Lo gak sepenuhnya ngelakuin itu! Kalo lo jagain kakak gue..dia masih ada sampe sekarang, bang,” Ezra menenangkan Keenan kembali sedangkan Malik menundukkan kepalanya.

Ya, Karina adalah kakak dari Keenan yang mempunyai hubungan dengan Malik. Hubungan mereka sudah berjalan 4 bulan, Keenan tidak mengekang kakaknya untuk berhubungan dengan siapapun, terutama Malik. Karena Keenan sudah kenal Malik sejak lama, ia mempercayai semuanya pada Malik. Namun sewaktu ketika, kepercayaannya dihancurkan begitu saja, Malik tidak sepenuhnya menepati janjinya untuk jaga Karina selalu.

Keenan sangat membenci Malik sejak itu, hingga sekarang. Walau Malik sudah menjelaskan dan melakukan sidang tentang kasus Karina dan dinyatakan tidak bersalah karena pure terjadi kecelakaan, Keenan tidak percaya hasil sidang tersebut. Alhasil ia terus membenci Malik dan terus menurun ke adiknya sekarang, Azel.

Terlihat belakangan ini Keenan selalu membuat keributan dengan Azel, dengan berbagai masalah karena Azel adalah adik dari Malik. Ia sangat benci itu, ralat, semua yang berhubungan dengan Malik ia sangat benci.

“Maaf, Nan, gue tau gue salah karena udah lalai, tapi disini gue sama kayak lo. Kita sama-sama sakit. Hasil sidang waktu itu udah jadi bukti kalo gue gak salah, bukan gue yang bunuh Karina, itu pure kecelakaan.”

“Maaf karena..Karina ninggalin lo sendiri disini, tapi dia bakalan sedih ngeliat lo kayak gini, Nan. Gue gak mau terus-terusan kayak gini, gue mau kita saling menguatkan.”

“It's okay kalo lo emang mau benci gue sampai kapanpun, tapi gue mohon banget sama lo..demi Karina, Nan. Biar dia tenang disana dan gak perlu khawatir sama kita.”

“Sekali lagi gue minta maaf, Nan. Kalo lo emang gak mau maafin gue, itu terserah lo. Gue harap lo ngerti, Nan,” jelas Malik.

Suasana hening ketika Malik selesai bebicara, Keenan menatap kosong ke bawah, pikiran kacau sekarang, ia harus segera menenangkan diri.

“Gue cabut duluan,” ucap Keenan lalu pergi dari sana.

“Loh, Nan, lo mau kemana? Belum selesai,” Jean memanggil Keenan untuk kembali.

“Udah, bang, gak usah. Biar dia tenangin diri dia dulu,” ucap Malik.

Jika Malik berpikir kembali, memang berat menjadi seorang Keenan. Wajahnya memang selalu menampilkan kecerian, jail, bercanda sana-sini tanpa beban dan selalu melontarkan kata-kata kasar pada siapapun yang merasa dirinya sudah sangat dekat. Semuanya hanya palsu belaka, Keenan yang sebenarnya itu rapuh.

Kedua orangtuanya bercerai saat dirinya duduk di bangku satu SMP, ketika disuruh memilih, ia memilih untuk tinggal bersama kakaknya—Karina. Itu menjadi pilihan terbaik untuk Keenan hidup, kebahagiaannya sekarang adalah hidup bersama kakaknya. Namun sejak kejadian itu, ia tidak punya siapa-siapa lagi, kebahagiaan dan alasannya untuk tetap hidup meninggalkan dia sendiri.

Sangat sakit.

Walaupun dirinya mempunyai teman-teman yang sudah ia anggap sebagai saudara dan keluarga sekaligus, namun mereka tidak bisa menggantikan seorang Karina. Keenan benar-benar butuh Karina ada disampingnya.

“Gue kangen sama lo, Kak. Tolong gue.”

© jenxclury