Destiny


“Pah, please, aku mau ketemu sama Oma, sebentar aja.”

Nara sedari tadi terus merengek pada Jaehyun ingin bertemu dengan Oma, namun Jaehyun terus melarang karena Nara sebentar lagi akan melaksanakan pemeriksaan kesehatan mentalnya. Nara dan Oma berada di rumah sakit yang sama, ruangan mereka hanya beda lantai. Keadaan Oma sudah semakin baik dari penyakit jantung yang diderita nya namun belum ada persetujuan dari dokter untuk merawat Oma di rumah.

“Nara, kamu masih ada pemeriksaan sebentar lagi. Nanti kalo udah selesai kamu boleh ketemu sama Oma, ya. Oma juga udah baik-baik aja, kok, ada Alexa juga yang jagain,” jelas Jaehyun.

Ah iya, Alexa selalu menemani Oma selama di rumah sakit. Saat tahu Nara ditempatkan di rumah sakit yang sama dengan Oma, perasaannya mulai tenang karena ia bisa bergantian dengan Jaehyun untuk melihat Nara. Namun, ia masih takut untuk bertemu Nara, takut kehadirannya tidak diinginkan oleh anak angkat perempuannya itu. Alexa lebih memilih untuk menghindar untuk sementara waktu sampai Nara mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan Nara.

“Ayolah, Pah, sebentar aja. Dokternya juga belum dateng, aku kangen sama Oma,” Nara mengerucutkan bibirnya.

“I know but kesehatan kamu penting, Ra. Nanti kalo udah selesai pemeriksaannya kamu boleh ketemu sama Oma. Listen to me, okay?” ucap Jaehyun.

“Hm.. Okay.”

'Cekl'

Suara pintu ruangan terbuka saat Jaehyun dan Nara sudah selesai berbicara, terlihat Sungchan dengan membawa tas ransel di pundaknya berisikan baju dan perlengkapan Nara lainnya. Ia tersenyum melihat Nara yang sudah sadar dan menghampirinya.

“Gimana keadaan lo, Ra?” tanya Sungchan sembari menaruh tas ransel tadi di kursi.

“Aduh.. Kepala gue tiba-tiba sakit banget pas lo dateng,” ucap Nara berpura-pura.

“Sini gue sentil jidat lo biar makin sakit,” ucap Sungchan yang hendak menyentil kening Nara.

“Eh iya ngga, bercanda,” Nara tertawa kecil memperlihatkan deretan giginya.

Jaehyun tertawa kecil melihat kedua anaknya bercanda ria.

“Ra, kamu ganti baju dulu, gih, dokternya sebentar lagi dateng,” ucap Jaehyun.

“Okay.”

Nara turun dari kasurnya dengan bantuan Sungchan dan Jaehyun, Sungchan menunggu diluar jika terjadi apa-apa pada Nara sementara Jaehyun izin pergi ke lantai atas untuk melihat keadaan Oma dan memberitahu juga tentang kondisi Nara yang sudah mulai membaik.

Sungchan merasa bosan menunggu Nara diluar dan bertanya-tanya mengapa Nara lama sekali padahal hanya berganti baju. Seketika ide jail terlintas di otaknya.

“Ra, buruan! Dokternya udah dateng!” teriak Sungchan.

“Iya tunggu sebentar,” ucap Nara dsri dalam.

“Gue ke toilet bentar, ya, lo nanti hati-hati keluarnya.”

“Ih Sungchan, jangan tinggalin gue! Masa gue sendiri, sih?”

Nara terdiam sebentar, tidak ada jawaban lagi dari Sungchan. Apakah Sungchan sudah pergi ke toilet? Sementara diluar, Sungchan seperti menahan ketawanya agar tidak didengar oleh Nara. Sungchan terlihat senang ketika Nara sudah mulai panik jika ditinggal sendirian.

“Sungchan?”

“Chan, lo beneran ke toilet?”

Sama sekali tidak ada jawaban. Nara buru-buru membereskan barang-barangnya dan segera mengecek apakah benar Sungchan sudah tidak ada di ruangannya.

Namun..

'Dep'

Lampu toilet mati seketika, badan Nara kaku seketika dan berteriak.

“SUNGCHAN!!”

Sang pelaku tertawa keras mendengar teriakan Nara dari dalam, dengan jailnya Sungchan mematikan lampu kamar mandi yang membuat Nara ketakutan. Tidak bisa dibayangkan bagaimana pembalasan Nara nanti, Sungchan berniat untuk kabur setelah ini.


Nara sudah menyelesaikan pemeriksaan hari ini, ia dipinta oleh dokter istirahat yang cukup dan tidak memikirkan hal-hal yang berat dan juga ia diperbolehkan pulang besok. Itu membuatnya sangat senang karena dirinya tidak perlu lagi berbaring lebih lama di ruangan yang berbau obat-obatan seperti ini.

Jaehyun izin ke ruangan dokter untuk mengetahui kondisi Nara lebih lanjut untungnya Jaehyun tidak perlu khawatir karena ada Sungchan yang menjaga Nara. Walau tadi mereka ada pertengkaran kecil akibat kejadian di toilet tadi.

“Ra, masih marah gak?” tanya Sungchan.

“Menurut lo?!” Nara menatap sinis Sungchan.

Sungchan terkekeh pelan.

“Seru juga jailin lo setelah sekian lamanya, sampe gue, tuh, udah nyiapin kedepannya gue bakalan jailin lo gimana lagi, ya,” ucap Sungchan dengan watados-nya. Wajah tanpa dosa.

“Lo bener-bener, ya,” Nara melemparkan bantal kearah Sungchan.

“Kalo tau gitu, gue gak mau ketemu sama lo lagi,” cetus Nara.

“Ya, jangan dong. Masa gak mau ketemu gue lagi,” ucap Sungchan.

“Hehe.. Bercanda.”

'Brak!'

Nara terkejut saat pintu ruangannya di buka secara kasar oleh seseorang yang berjalan masuk dan langsung memeluknya.

“Ra, lo gapapa, kan? Masih ada yang sakit, kah?”

Nara terbatuk saat dipeluk oleh seorang pria tersebut, ia melepaskan pelukannya dan menutup mulutnya dengan satu tangannya.

“Kak Jeno bau rokok,” ucap Nara.

Ya, itu Jeno.

Jeno menggaruk tengkuknya dan mencium jaket kulit yang dikenakannya, memang bau rokok sebab sebelum kemari tadi ia menyesap satu batang rokok.

“Sorry, tapi cuma satu, kok.”

Karena Nara tidak suka dengan bau rokok, Jeno membuka jaket kulitnya dan memasukkannya kedalam tas. Ia juga berniat untuk menyikat giginya namun ditahan oleh Nara.

“Nanti aja, gapapa.”

“Gimana kata dokter?” tanya Jeno yang duduk di kursi.

“Ya, gitu deh. Udah membaik dan besok juga udah boleh pulang, kok,” ucap Nara tersenyum.

“Syukurlah.”

“Kak Jeno sendiri kesini? Kak Mark mana?” tanya Nara.

“Ada, tuh, di depan. Gue gak tau kenapa dia gak mau masuk, mau tunggu diluar aja katanya,” jawab Jeno.

Nara melihat kearah pintu yang terbuka terlihat Mark hanya berdiri disana dan mencoba untuk mengalihkan pandangannya agar tak menatap mata Nara.

“Kak Mark gak mau masuk? Kak Mark gak mau liat aku, ya?” tanya Nara dengan nada sedih.

Mark terkejut mendengar pertanyaan Nara, ia bukan tidak mau masuk. Mark takut jika Nara melihat nya, Nara akan menjerit seperti waktu itu dan menyuruhnya untuk pergi lagi.

“Gapapa, aku liat dari sini aja. Aku seneng kondisi kamu semakin baik,” ucap Mark tersenyum.

Nara menundukkan kepalanya dan memainkan selimut yang menyelimuti setengah tubuhnya. Mark tidak mau melihatnya secara dekat, padahal Nara sudah rindu dengan Mark.

“Bang, udah masuk aja,” ucap Jeno.

Mark mulai memberanikan diri untuk masuk saat mendapat isyarat dari Jeno dan Sungchan. Nara terlihat sedih karena hanya Mark yang tidak mau bertemu dengan dirinya. Jeno bangkit dari duduknya dan membiarkan Mark yang duduk disana.

Mark menggenggam tangan Nara dan mulai berbicara.

“I'm so sorry, bukannya aku gak mau liat kamu tapi aku takut kamu teriak lagi kayak waktu itu. Kamu kayak ketakutan liat aku, jadinya aku gak mau terlalu dekat sama kamu.”

“Aku gak mau kamu makin trauma, Ra,” jelas Mark.

“No, Kak Mark gak salah. Maaf kalo aku teriak dan suruh Kak Mark pergi waktu itu, aku sama sekali gak ada maksud untuk itu,” ucap Nara.

“No, it's okay,” Mark memeluk Nara dengan erat.

“I miss you so much.”

“I miss you too.”

Nara senang dapat bertemu dengan ketiga kakaknya lagi, ia sama sekali tidak pernah berharap akan bertemu keluarganya lagi setelah Agra tidak mengizinkan nya untuk bertemu keluarga Jung. Namun, Tuhan berkata lain, Tuhan kembali mempertemukan mereka. Nara percaya adanya takdir, sebuah takdir dimana dirinya memang tidak bisa terlepas dari keluarga Jung. Karena apapun keadaannya mereka semua terbentuk dalam satu keluarga yang sudah seharusnya saling menjaga satu sama lain.

Nara tidak peduli tentang status dirinya dalam keluarga Jung, yang ia inginkan adalah tetap bersama keluarganya, seperti dulu lagi sebelum semua masalah datang.

Nara hanya butuh keluarga Jung disisinya.

© jenxclury