Final of 'Gone'


Aku pikir saat aku melangkahkan kaki pergi dari rumah itu aku akan baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak. Aku merasakan lebih sakit dan lebih rapuh saat mereka tidak ada di sampingku, setiap hari selalu saja bertengkar dengan rasa rindu ini. Kenyataan memang begitu pahit, aku pergi dengan membawa rasa malu dan kecewa. Dari sanalah rasa bersalah ku muncul.

Ku kira aku akan kuat menghadapi ini semua sendirian, tapi ternyata ini lebih menyakitkan dari yang kubayangkan. Dunia luar begitu jahat untuk anak manja ini yang selalu tidak mau repot. Salahku, mengapa sejak dulu aku tidak pernah melakukan apapun sendiri. Benar, aku hanya ketergantungan dengan papah ku yang konglomerat. Papah angkat ku.

Ah, rasanya aku ingin menangis jika mengingat kejadian itu. Mencoba menerima kenyataan bahwa papahku yang konglomerat ini ternyata bukan ayah kandungku. Rasanya sakit sekali. Namun, dia tidak pernah menganggap ku sebagai anak angkatnya. Dia pernah bilang “kamu akan tetap menjadi anak perempuan papah, gak ada yang lain.” Itu benar. Hanya aku anak perempuannya. Dia sangat menyayangi ku.

Peduli, perhatian dan kasih sayang yang ia berikan selalu membuatku luluh. Sejak saat itu aku tidak ingin kehilangannya namun pada akhirnya aku yang meninggalkannya. Aku sangat jahat, ya? Aku juga merasa begitu. Hatiku lebih teriris saat mereka benar-benar merasa kosong tanpa kehadiran ku. Seperti tidak hidup. Aku semakin merasa bersalah.

Benar, kehilangan membuat kedua belah pihak tersakiti. Kami saling menyakiti. Cerita yang bahkan belum selesai aku potong begitu saja dengan akhir yang tak bahagia. Aku menderita, mereka pun sama. Namun tak selamanya kehilangan membuat mereka tersakiti. Kehilangan mengajarkan ku untuk tetap kuat dan bertahan tanpa adanya mereka disamping ku namun tidak dengan mereka.

Mereka ingin terus menjaga ku dalam keadaan apapun karena mereka takut kehilangan ku, lagi. Mereka tidak bisa menghadapi kenyataan jika aku benar-benar menghilang ataupun sudah tidak ada di dunia. Akan kuajarkan nanti mereka bagaimana tetap hidup tanpa aku.

Selain itu, aku juga tidak ingin pergi lagi karena kebahagiaan sesungguhnya hanya ada di keluarga ini. Hanya mereka yang selalu membuatku bahagia dan menjadikan hidupku berwarna. Jadi, kalau kalian bertanya, “gimana rasanya bagian dari Keluarga Jung?” aku akan jawab aku senang karena mereka adalah keluarga yang aku inginkan. Tak peduli seberapa lika liku yang aku hadapi, aku hanya butuh mereka untuk menemani perjalanan hidupku.

Salam author, Harla © jenxclury