Kembali Luka


Nara berdecak kesal karena daya handphone nya mati total, ia lupa membawa charger handphone tersebut alhasil ia tidak bisa menghubungi Ayahnya karena terlambat pulang.

Nara menghembuskan napasnya pelan, ia baru saja selesai bekerja paruh waktu. Sekarang waktu menunjukkan pukul 10 malam, ia harus berjalan dari tempat kerjanya sampai rumah dengan memakan waktu sekitar 30 menit. Nara sudah sering melakukan ini, jadi dirinya sudah terbiasa.

Jalanan sudah terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang, ia berjalan santai sembari menikmati angin malam. Namun dari kejauhan ia seperti melihat seseorang laki-laki berjalan dengan gontai menghampiri dirinya.

Sebenarnya ia sedikit takut karena laki-laki tersebut seperti mabuk. Nara mempercepat jalannya karena takut jika dirinya dalam bahaya. Laki-laki itu terus berjalan sembari bergumam tidak jelas lalu jatuh ke tanah sembari memegangi kepalanya.

Nara terkejut akan hal itu, ia tidak tahu apa yang ia harus lakukan sekarang. Perlahan ia mendekat ketika mendengar suara erangan dari laki-laki tersebut, ia memberanikan diri untuk mendekat karena suara yang dikeluarkan dari laki-laki itu Nara seperti mengenalnya.

Hanya ada cahaya lampu jalan disana yang menyinari laki-laki tersebut. Nara sudah semakin dekat dengannya lalu menepuk bahu laki-laki itu.

“Permisi, apakah Anda baik-baik saja?” tanya Nara.

Laki-laki itu dengan cepat menoleh kearah Nara karena ia merasa mengenali suara tersebut. Nara terkejut saat melihat siapa laki-laki tersebut.

Itu Jeno.

Nara tidak menyangka akan bertemu Jeno disini, dengan keadaan Jeno yang mabuk berat. Nara ingin melarikan diri dari sana namun tangannya ditahan oleh Jeno untuk tetap disana bersama dirinya.

“L-lepas!”

Nara mencoba melepaskan genggaman tangan Jeno namun tenaga Jeno sangatlah kuat. Ia tidak melepaskan genggaman tersebut.

“Lo Nara, kan?” ucap Jeno dengan mata yang menyipit namun tetap bisa melihat jelas bahwa didepannya adalah Nara.

Nara bingung harus bagaimana, ia sudah terpaku dan tidak bisa berbicara. Lidahnya terasa kaku untuk mengucapkan sepatah kata saja.

“Iya, bener, lo Nara. Akhirnya gue ketemu sama lo, Ra. Gue kangen, Ra. Ayo ikut gue pulang.”

“Semuanya kangen sama lo, Ra. Papah bakalan seneng liat lo balik,” Jeno memeluk Nara dengan erat ketika mengucapkan kata-kata itu. Nara berusaha melepaskan pelukan itu tapi tidak bisa. Ia hanya pasrah sekarang.

Nara tidak peduli lagi bahwa dia akan ketauan sekarang, ia terlihat sedih melihat kondisi Jeno sekarang. Tubuh Jeno sangat bau alkohol, Nara sesekali menutup hidungnya karena bau alkohol yang begitu menyengat.

“Lo kenapa jadi kayak gini, sih, Kak? Lo kenapa?” tanya Nara, matanya mulai berkaca-kaca.

Jeno tersenyum lebar, “gue gapapa, kok, emang gue kenapa?” ucap Jeno yang masih setengah sadar.

“Ra, jangan pergi lagi, ya, pulang sama gue. Hidup gue jadi gak jelas setelah lo pergi. Tolong, ya, Ra, ikut pulang sama gue,” ucap Jeno memohon.

“Arghh!”

Jeno merasakan kepalanya sangat pening, ia mengerang kesakitan dengan keras yang membuat Nara sangat bingung. Ada apa dengan Jeno?

“Kak, lo gapapa? Kak, kenapa?” Nara mencoba menenangkan Jeno yang terus memegangi kepalanya. Nara terlihat semakin panik, ia tidak tahu apa yang ia harus lakukan. Meminta tolong pun percuma, tidak ada orang disini.

Suara erangan Jeno melemah, matanya perlahan terpejam dan kesadaran Jeno telah hilang. Ia pingsan dipelukan Nara.

“Kak! Kak Jeno bangun!” Nara mengecek napas Jeno, masih ada.

Nara menghela napas lega, ia mencoba berpikir harus bagaimana ia sekarang. Nara mengambil handphone Jeno yang ada disaku celananya, ia mencari nomor Sungchan untuk memberitahu bahwa Jeno pingsan dijalan.

Setelah itu Nara menggeser sedikit tubuh Jeno ke pinggir jalan, agar tidak menghalangi jalan. Terpaksa Nara harus membiarkan Jeno disini, ia tidak bisa membawa Jeno ke rumah apalagi membawa Jeno pulang ke rumah Jaehyun.

“Kak, maafin gue. Gue gak bisa tolongin lo sekarang, gue juga belum bisa ikut lo pulang. Maaf.”

Nara buru-buru pergi dari sana sebelum Sungchan datang dan melihatnya.

© jenxclury