Still Into You


“Karalyn?”

Aku menoleh ke arah sumber suara. Aku terkejut sekaligus terdiam melihat siapa yang datang dan memanggil namaku itu. Cukup lama aku menatapnya sampai akhirnya seorang pria di depanku melayangkan senyuman indah yang baru saja aku lihat, lagi.

Aku menundukkan kepala malu. Aku merasakan pipiku mulai memanas.

“Kairo?”

Pria bernama Kairo itu tertawa, entah karena aku memanggil namanya atau ada hal lucu lainnya yang membuat pria tinggi dengan leather jacket hitam miliknya tertawa.

“Muka lo lucu,” ucapnya terkekeh kecil.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal itu. Sialan, baru saja bertemu aku sudah diserang dengan kalimatnya yang membuat hati ku semakin tak karuan.

“Duduk,” aku mempersilakannya duduk di samping ku.

Tangan ku semakin keringat dingin, jantung yang terus berdetak kencang. Aku semakin sulit untuk mengendalikan perasaan ku apalagi saat pria di depan ku menatap intens sembari tersenyum. Ah tidak bisa, wajah ku sudah memerah sekarang.

“Ternyata lo jadi pendiem, ya, sekarang. Kayaknya semalem di chat nggak gini, deh,” Kairo kembali berucap.

Gue jadi pendiem gini ya karena lo Kairo. Bisa gak, sih, jangan nyerang gue kayak gini?

Not at all, gue nggak nyangka aja lo datengnya cepet. Biasanya juga, kan, lama sampe tiga puluh menit gue nunggu lo,” balasku. Itu memang benar adanya. Dulu, saat kami masih memiliki hubungan, aku selalu yang menunggunya lebih dulu. Kadang aku sampai bosan dan meninggalkannya begitu saja.

Cause i'm too excited to meet you. It's been a long time, right? Lo juga bilang kalo lo kangen sama gue jadi, ya, sebisa mungkin gue dateng cepet.”

Dia belum menyelesaikan kalimatnya.

And i miss you more than you miss me,” kalimat selanjutnya membuat ku merinding merasakan gejolak dalam hati ku. Wajahnya mendekat dan sedikit berbisik padaku, aku benar-benar gila dibuatnya.

So, what's the answer?” ucapnya lagi.

Aku terdiam sebentar, jawaban tentang apa? Entah mengapa aku menjadi lupa apa yang akan aku ucapkan setelahnya. Kairo, laki-laki itu benar-benar gila.

About what?

Wajahnya menjauh dari ku lalu tersenyum. Pandangannya tak lepas dari mata ku.

Would you be mine again? Dan lo akan jawab kalo gue pulang ke Indonesia. And i'm here right now, i need your answer.”

Would you?

Aku menundukkan kepala lagi. Entah mengapa aku sangat takut untuk menjawab pertanyaannya walaupun aku sudah tahu jawabannya.

I don't think so. Gue nggak tau kenapa gue jadi takut sekarang.”

About what?

About us. Gimana kalo nanti endingnya tetep sama? And we were like this. It's good to be friends but how if we were become a strangers? I don't even thinking about that,” ucapku dengan rasa takut yang terus menyelimuti.

Ini kali kedua kita akan memulai hubungan dan aku sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan Kairo namun aku begitu takut dengan akhir cerita yang mungkin akan sama. Akhir cerita yang mungkin akan menjadi akhir yang paling tidak bahagia. Aku sangat takut itu.

“Karalyn, listen to me,” ia menangkup wajah ku agar aku menatapnya.

“Kalau dulu mungkin iya, tapi kita udah lebih dewasa sekarang. We weren't become strangers cause i will hold you tight no matter what. Kita bisa menjalani semuanya bersama dan lebih terbuka satu sama lain. I'll never let you go again.

I promised ... We promised,”

Aku hampir saja menitikkan air mata ku. Hati ku mulai merasa tenang sekarang saat Kairo meyakinkan ku untuk tetap bersama dan menjalani semuanya dalam genggaman tangan. Mungkin Kairo benar, semua akan baik-baik saja jika kita saling terbuka. Itu seperti yang aku harapkan.

So, i'll ask you again,” ia menggenggam tangan ku erat dan menatapku dalam.

“Karalyn, would you be mine?” Kata-katanya berhasil menghipnotis ku.

I would,” saat itu juga senyuman lebar terukir di bibir Kairo. Pria itu mencium tangan ku lalu memeluk ku dengan hangat.

Aku menyamankan kepala ku di pundaknya sembari tersenyum. Ternyata, semuanya tidak sesulit yang aku pikirkan. Kami masih memiliki harapan yang sama dan akan selalu begitu. Aku juga tidak terlalu khawatir akan akhir cerita semua ini karena aku ada bersama Kairo sekarang dan mungkin selamanya.

© jenxclury