Sudah Retak
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, seluruh siswa siswi berlarian keluar kelas untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun tidak dengan Regaf dan teman-teman, mereka berkumpul membentuk lingkaran dengan Kiara di tengah. Ya, Regaf akan berbicara dengan Kiara soal penghapus data-data di laptop Regaf. Tidak ada Keenan dan Azel di sana, Keenan tidak masuk hari ini sedangkan Azel sedang keluar membeli makanan ringan.
Tidak ada rasa takut atau gelisah dari wajah Kiara walaupun Regaf dan yang lainnya menatap dirinya dengan tajam. Ia terlihat sangat tenang seperti tidak ada beban.
“Mau ngomong apa, Gaf? Kayaknya serius banget,” Ezra membuang muka setelah Kiara selesai berbicara, sepertinya dia sudah mulai muak.
“Gue cuma minta lo jujur, lo yang hapus data-data di laptop gue, kan?” tanya Regaf to the point. Rasa kesalnya sudah hampir diujung tanduk namun masih ia tahan.
Kiara sedikit terkejut, “what? Yakali, Gaf, gue hapus data-data di laptop lo. Gue bahkan gak tau apa-apa,” jelas Kiara, berbohong.
“Kan tadi gue udah bilang, gue mau lo jujur. Gue tanya sekali lagi, lo yang hapus data-data di laptop gue?” ucap Regaf sembari berdiri. Ia mengepalkan tangannya dan mengatur napasnya.
“Gue udah jujur, Gaf, bukan gue. Lo, kok, jadi nyalahin gue, sih? Bukannya Azel yang hapus data-data lo?”
'Brak!'
Kiara terkejut saat Regaf menggebrak meja tepat didepan matanya. Amarah Regaf sudah tidak bisa dibendung lagi, ia sudah berusaha keras untuk menahan emosinya namun Kiara tak kunjung berbicara jujur.
Algeff memposisikan dirinya di belakang Regaf untuk menahannya agar tak terlewat batas.
“Semua yang lo ucapin itu bohong, gue minta lo jujur!” bentak Regaf.
“Susah banget buat lo ngomong jujur, hah?” lanjutnya.
'Anjir, Regaf kenapa bisa tau? Bukannya seharusnya Azel ya yang diginiin?' batin Azel.
“Lo dimana pas jam istirahat waktu itu?” tanya Regaf namun Kiara tetap diam tak menjawab nya.
Kiara sudah setengah takut sekarang, bagaimana bisa Regaf mengetahuinya? Apakah Azel mengadu pada Regaf?
“Jawab gue!”
Meja itu kembali digebrak oleh Regaf dan menyadarkan Kiara dari lamunannya.
“G-gue di kantin sama Ezra, ya kan, Zra?” ucap Kiara pada Ezra, berharap Ezra akan berpihak padanya.
“Lo bilang sama gue mau ke toilet waktu itu, pantesan lama ya. Ternyata lo malah mampir ke kelas buat hapusin data-data Regaf.”
Skakmat!
Tameng terkuatnya sudah tidak lagi berpihak padanya, bahkan ikut memojokkan dirinya seperti ini. Sial, ini semua karena Azel.
“Mau alesan apalagi lo? Lo mau perlu bukti lagi kalo lo yang lakuin?” ucap Regaf.
Kiara semakin ketakutan, otaknya terus berputar mencari alasan untuk Regaf mempercayai nya.
“Ngaku aja, Ra, kalo lo tambah bohong kita semua gak akan maafin lo,” kini Algeff yang berbicara.
“Gaf, bukan gue yang hapus, gue gak mungkin setega itu. Tolong percaya sama gue, lo pasti kehasut sama omongan Azel, kan? Jangan dengerin Azel, Gaf, dia tuh—
“Gak usah bawa-bawa Azel! Azel gak salah,” seru Regaf.
“Lo kenapa jadi kayak gini, sih, Ra? Tinggal jawab jujur aja kayaknya susah banget,” timpal Ezra.
“Bukan gue, Zra, Gaf. Harus gimana lagi, sih, gue supaya lo semua percaya?” Kiara tetap dengan pendiriannya, ia tidak mau mengaku atas apa yang ia lakukan.
Regaf mengusak rambutnya frustasi, kenapa Kiara sangat tidak mau berkata jujur padanya? Padahal semuanya sudah sangat jelas, Regaf hanya ingin Kiara jujur padanya.
Azel dengan santai masuk ke dalam kelas dengan membawa satu kotak susu cokelat dan sari roti yang ia beli di minimarket tadi. Langkahnya menjadi pelan saat suasana dalam kelas menegangkan dan terlihat sepi. Ia melihat wajah Regaf yang sudah frustasi dan Kiara yang ketakutan. Ah, sudah mulai berbicara rupanya.
Azel berniat untuk mengambil tasnya dan segera keluar, ia tidak ingin memperkeruh suasana namun ia duduk terjauh saat Kiara mendorong tubuhnya.
“Ini semua gara-gara lo! Lo kan yang hasut Regaf supaya dia benci sama gue?! Mau lo apa, sih, Zel? Lo muka dua banget!” teriak Kiara.
Ezra membantu Azel berdiri yang meringis kesakitan.
“Lo yang apa-apaan, Ra?! Gue bilang Azel gak salah, lo yang muka dua!” bentak Regaf. Algeff mencoba menenangkan Regaf kembali agar tidak terlalu keras oleh Kiara, bagaimanapun juga Kiara seorang wanita.
“Lo bilang gue muka dua? Ngaca! Muak banget gue liat muka sandiwara lo itu, bahkan dalam kondisi kayak gini pun lo masih nyalahin gue? Lo beneran gak waras, Ra,” ucap Azel juga tersulut emosi.
“Gue yang ngasih tau Regaf kalo lo yang lakuin. Kenapa? Lo gak suka? Terserah, gue gak peduli. Gue udah capek terus-terusan lo pojokkin kayak gini, sekarang lo rasain gimana rasanya jadi gue. Gak enak, kan?” Azel mengambil tasnya lalu keluar dari kelas itu.
“Gue kecewa sama lo, Ra,” ucap Regaf lalu mengikuti langkah Azel keluar dari sana.
“Bukan gue yang lakuin, Gaf. Regaf!” panggilan Kiara tidak didengar oleh Regaf.
Algeff dan Ezra juga pergi dari sana, rasa kecewa mereka sama dengan Regaf. Tidak menyangka jika Kiara akan setega dan sejahat ini hanya karena merasa jengkel terhadap Azel.
Kiara berteriak keras dan mengacak-acak rambutnya, semuanya berantakan akibat Azel. Ia tidak akan tinggal diam, ia akan membalas perbuatan Azel.
© jenxclury