Nara sudah kembali ke rumah Oma dengan tas ransel dipundaknya. Tidak, itu bukan berisikan baju karena dirinya mau menginap tetapi isi ransel itu adalah semua bukti yang ia kumpulkan tadi. Nara akan membuat Jaehyun tidak bisa beralasan lagi.
Ia memasuki rumah tersebut dan terlihat sudah ada 2 mobil yang Nara tahu betul siapa pemiliknya. Mobil Mark dan Jeno. Nara belum melihat mobil milik Jaehyun, mungkin sedang dalam perjalanan. Tidak apa, ia akan menunggu hingga keluarga Jung lengkap.
Nara membuka pintu besar tersebut dan mendapati Mark, Jeno dan Sungchan yang sudah duduk di sofa ruang tamu bersama Oma. Mereka tengah asik memakan cemilan yang disediakan oleh Oma.
“Kok cepet udah pada dateng?” tanya Nara. Ia terlihat tenang sekarang, seperti biasanya. Karena ia tidak mau mereka curiga.
“Cepet, dong, gue ngebut tadi,” ucap Jeno.
“Gaya lo, gue bilang papah, nih, ngebut-ngebut,” kali ini Sungchan yang berbicara.
“Dih, jangan lah.”
Mark hanya tertawa kecil melihat pertikaian para adiknya, ia mulai memperhatikan Nara yang terlihat sedikit lesu dan nampak kedua matanya bengkak seperti habis menangis.
“Ra, mata kamu kenapa bengkak gitu? Kamu abis nangis?” tanya Mark membuat semuanya menoleh pada Nara.
“Ah, nggak, kok, Kak,” ucap Nara berbohong.
Mark mengangguk mengerti tapi ia belum sepenuhnya percaya akan yang diucapkan Nara, karena itu sangat terlihat jelas bahwa Nara seperti habis menangis.
“Lo ngapain bawa tas?” tanya Sungchan.
“Mau nginep, dong, nemenin Oma,” ucap Nara masih terlihat seperti biasa. Ia terus menahan agar emosinya tidak memuncak.
“Serius?? Yes! Gue bisa mainin laptop lo sepuasnya,” seru Sungchan.
Nara tersenyum tipis sebelum kembali berkata, “pake aja gapapa, itu juga bukan punya gue,” ucap Nara dengan santai.
Mark merasa aneh dengan ucapan Nara, jelas-jelas laptop itu miliknya—pemberian dari sang papah. Namun Mark hanya diam, tak mau berbicara.
“Bener, nih, buat gue? Asik!”
“Oh iya, lo mau ngomong apa, Ra?” tanya Jeno.
“Hm.. Nanti, ya, tunggu papah.”
Tak lama kemudian suara pintu rumah terdengar, menampakkan Jaehyun dan seorang wanita dibelakangnya.
Raut wajah mereka berubah menjadi kebingungan, mengapa Jaehyun bersama Alexa? Mark dan Jeno saling bertukar pandangan, bagaimana jika Nara tahu? Lain dengan Nara, ia tersenyum miring melihat kehadiran Jaehyun bersama Alexa. Jaehyun sedikit gugup karena ada Nara disana, takut Nara merasa curiga dengan semua ini.
“Mah, ini Alexa katanya mau ketemu sama Mamah,” ucap Jaehyun yang baru saja sampai.
“Ah Alexa, ada apa?” tanya Oma dengan raut wajah yang mulai panik.
Alexa diam sebentar, ia merasa bingung dengan pertanyaan Oma. Bukankah Oma yang menyuruhnya kesini melalui Nara? Apakah dia salah?
“Bukannya Oma mau ketemu sama saya? Soalnya tadi Nara hubungi saya, katanya Oma mau ketemu,” jelas Alexa. Semua mata tertuju pada Nara yang hanya tertawa kecil.
Nara mengangkat kepalanya lalu tersenyum lebar.
“Surprise! Tante Alexa kaget, ya? Aku baru aja mengumpulkan keluarga Jung. Udah lengkap semuanya,” ucap Nara terlihat begitu senang namun semua tidak mengerti apa maksud Nara. Mereka hanya saling bertukar pandangan, apakah Nara sudah mengetahui semuanya?
“Ada papah,” Nara menunjuk Jaehyun.
“Mamah,” Nara menunjuk Alexa dan mengubah panggilannya menjadi Mamah. Semua terkejut dengan ucapan Nara.
“Ada Oma and your childrens,” ucapnya menunjuk Oma, Mark, Jeno dan Sungchan, tapi tidak dengan dirinya. Ia tidak mengklaim dirinya sebagai Jaehyun dan Alexa 'childrens'
“What about me? I'm not included, because i'm not your daughter,” ucap Nara pada Jaehyun yang masih tidak menangkap apa maksud Nara.
“Nara, what do you mean? I don't understand, you're my daughter. And always be my daughter,” ucap Jaehyun.
“Berhenti buat bohong, pah!” ucap Nara yang sedikit menaikkan nada bicaranya.
Nara membuka tas ranselnya dan menunjukkan sebuah kertas—surat perizinan adopsi anak kepada Jaehyun. Jaehyun sangat terkejut ketika kertas itu ada pada Nara, bagaimana bisa? Begitupun dengan yang lainnya, semua terkejut akan hal itu. Nara sudah benar-benar mengetahuinya.
“Ini apa, pah?” Nara menatap Jaehyun yang masih melihat kearah kertas tersebut. Jaehyun benar-benar tidak bisa berbicara sekarang, mulutnya seakan kaku, ia tidak bisa mengeluarkan kata-kata nya.
“Surat perizinan adopsi anak yang bertandatangan dibawah ini Jung Jaehyun dan Alexa Jung siap merawat Jung Nara dengan sepenuh hati dan kasih sayang,” Nara memaparkan sebagian isi surat tersebut.
“Ini apa, pah?!” teriak Nara.
Mark, Jeno dan Sungchan terkejut bukan main lantaran Nara benar-benar mengetahui semua apa yang harusnya mereka beritahu. Mereka kalah selangkah dari Nara.
“Papah sembunyiin ini semua dari aku, bertahun-tahun? Kenapa? Kenapa, pah?!” isak tangis Nara mulai terdengar dengan jelas oleh telinga mereka. Jaehyun hanya bisa terdiam dan menundukkan kepalanya, ia tahu bahwa semua adalah salahnya. Ia penyebab dari masalah ini.
“Jawab aku, pah, jangan diem aja!” Nara mengguncang tangan Jaehyun agar mendapatkan jawaban darinya.
Nara tidak bisa menahan air matanya lagi, dadanya begitu sesak, ia sudah tidak kuat untuk menahan ini semua. Amarah sudah meliputi dirinya.
“Papah pernah bilang kalo aku anak perempuan papah satu-satunya, anak yang paling papah sayang, anak darah daging papah. Itu semua bohong, papah bilang kayak gitu cuma mau bikin aku bahagia, kan? Iya, kan, pah!”
“Kemarin aku ke kantor papah, tapi papah nggak ada disana. Papah bilang sama aku kalo papah ada meeting sama klien, tapi ternyata papah ke apartemen tante Alexa, kan?”
“Papah bilang papah gak kenal sama tante Alexa dan sekarang.. she is your wife. You've given me a lot of lies!” isak tangis Nara semakin kencang setelah mengucapkan kata-kata itu dengan nada marah.
Alexa menundukkan kepalanya dan menangis, ia sangat takut. Ia tidak menyangka akan secepat ini terbongkar. Alexa benar-benar membuat kesalahan yang fatal pada Nara.
Nara menarik napasnya dengan perlahan agar ia bisa kembali tenang.
“Papah seneng kamu lahir ke dunia.”
“Kamu akan selamanya jadi anak papah, papah akan selalu jagain kamu.”
“Papah sayang banget sama kamu, i love you more than anything. You're my daughter, forever. Jangan sakit, ya, papah janji bakal bikin kamu sehat lagi. Bertahan untuk papah.”
“Papah selalu ucapin kata-kata itu, cuma bikin aku bahagia, kan? Supaya aku ngerasain kasih sayang orangtua, kan, pah? Why did you adopt me when it was all a lie? Just leave me alone!”
“Don't adopt me if you give me loss. I don't want to feel pity, just leave me alone,” Nara menangis terduduk ketika mengucapkan kata-kata itu, amarahnya sudah tidak bisa dibendung lagi. Hatinya terlalu sakit, keluarganya sendiri yang menyebabkan ini.
“Ra, jangan seperti ini. Ini nggak seperti yang kamu maksud, papah akan jelaskan semuanya, ya, don't be like this,” Jaehyun menuntut Nara untuk bangun dari duduknya namun ditepis oleh Nara—ia bisa bangun sendiri tanpa bantuan Jaehyun.
Nara berbalik ke arah ketiga kakaknya yang hanya menundukkan kepalanya dengan posisi berdiri—merasa bersalah. Seharusnya mereka lebih dulu memberitahu Nara tentang semuanya dan ini tidak akan pernah terjadi.
“Kalian udah tau juga, kan? Kalian tau semua tentang ini, kan? Kenapa kalian ikut menyembunyikan ini semua?” Tak ada jawaban dari ketiga kakaknya, mereka masih diam.
“Kak Mark, kak Jeno, Sungchan! Jawab aku!”
“Arghh!” Nara berteriak frustasi sembari memegangi kepalanya. Mengapa semua ini harus terjadi pada dirinya?
Jaehyun mengusap wajahnya frustasi, mengapa semua rencananya menjadi berantakan seperti ini? Ia tidak menduga bahwa akan terjadi secepatnya ini.
Nara mengatur napasnya kembali, ia mengelap air matanya yang sudah banjir menyusuri pipinya. Ia berjalan mendekati Alexa yang tidak mau menatap Nara karena terlalu malu, merasa bersalah akan semua ini. Nara meraih tangan Alexa dan menggenggamnya sebelum kembali berbicara.
“Tante, maafin Nara. Maaf karena Nara tante gak bisa ketemu sama anak-anak tante. Karena Nara, tante gak bisa kumpul bareng sama keluarga tante, i'm so sorry.”
“Maaf Nara udah ambil kebahagiaan tante, maaf Nara udah ambil papah dan anak-anak kandung tante. Maafin Nara karena Nara udah buat tante tinggal di apartemen sendirian dan biarin aku enak-enak tinggal di rumah papah. Maaf,” ucapan Nara membuat tangis Alexa pecah, ini bukan salah Nara. Anak ini tidak salah sekalipun.
“Abis ini tante boleh tinggal di rumah papah, aku gak akan ganggu kebahagiaan tante lagi. Tante bisa kumpul lagi sama papah, kak Mark, kak Jeno dan Sungchan,” perkataan Nara seolah-olah membuat keputusan bahwa ia akan pergi dari keluarga Jung. Ya, benar itu akan lebih baik untuk Nara.
Ia hanya butuh penenangan dan akan pergi dari keluarga Jung sampai batas waktu yang tidak tentukan. Atau mungkin tidak akan pernah kembali lagi. Ini adalah jalan yang terbaik untuk Nara.
“Apa maksud kamu Nara? Kamu mau pergi dari sini? Tidak bisa, papah tidak mengizinkan kamu,” ucap Jaehyun.
“No Nara, jangan pergi, ya, kamu tidak salah. Tante yang salah, kamu tidak pernah sedikit pun menganggu kebahagiaan tante. Jangan pergi, ya, kita tinggal sama-sama disini,” ucap Alexa dengan terisak.
“Aku harus pergi.”
Mark, Jeno dan Sungchan terkejut mendengar penuturan Nara bahwa ia akan pergi dari rumah, meninggalkan keluarga Jung. Seperti mimpi buruk yang datang, mereka tidak ingin Nara pergi. Ini adalah ketakutan terbesar mereka selama ini, mereka tidak percaya kalau ini benar-benar terjadi.
“Gak Nara! Kamu tidak boleh pergi, maafin papah atas semua ini. Papah tau ini salah papah, i'm so sorry. Papah akan jelasin semuanya sama kamu, tapi please jangan pergi dari sini, ya,” ucap Jaehyun yang terus memohon pada Jaehyun.
“I'm disappointed with papah, you keep lying to me. Semuanya udah jelas, pah, nggak perlu lagi papah jelasin. Untuk sementara waktu aku pergi dulu dari rumah, aku mau menenangkan pikiran aku. Maaf.”
Jaehyun memeluk tubuh Nara dengan erat, ia tidak siap untuk kehilangan anak perempuan satu-satunya hanya karena kesalahannya. Ia merasa seperti orangtua yang tidak berguna, ia benar-benar menyesali itu.
“Jangan pergi, sayang. Papah mohon sama kamu, maafin papah,” air mata Nara kembali menetes saat Jaehyun memeluknya dan mengucapkan kata-kata tersebut. Ini terlalu sakit untuknya, seorang ayah yang selama ini ia banggakan, ia sayangi mengecewakannya dengan cara berbohong padanya.
Nara selalu patuh dan tunduk lada Jaehyun, ia juga senang jika Jaehyun selalu perhatian dan memberikan kasih sayang yang lebih untuknya. Tapi ia tidak pernah menyangka bahwa Jaehyun setega ini—membuatnya terlihat bodoh dan merasa kosong.
Nara melepaskan pelukan Jaehyun lalu kembali berbicara, “makasih papah udah rawat aku dari kecil, makasih atas apa yang papah selalu kasih buat aku.”
“Makasih papah selalu turutin kemauan aku, papah selalu sayang sama aku, makasih papah selalu sabar dan melindungi aku sampai kapanpun.”
“Maafin Nara, ya, pah kalo Nara banyak salah sama papah. Maaf kalo Nara sering buat papah susah, maafin Nara kalo suka gak nurut sama papah.”
“I love you but.. why did you lie to me?” ucap Nara kembali terisak.
“I'm so sorry.”
Nara mengeluarkan barang-barang yang pernah dibelikan oleh Jaehyun untuknya seperti kunci mobil, 2 black card, dan handphone. Hanya itu yang ia pegang sekarang, selebihnya ada di rumah dan ia tidak akan ambil itu. Nara mengembalikan semua barang-barang yang pernah Jaehyun kasih untuknya.
“Aku kembaliin semua barang-barang yang papah kasih ke aku, sisanya ada di rumah. Dan untuk uang jajan yang selalu papah kasih ke aku, bakalan aku ganti secepatnya,” Jaehyun sudah tidak bisa berkata apapun lagi. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, tidak tahu bagaimana caranya agar Nara tetap stay disini.
Nara mendekati Oma nya dan berlutut agar bisa menggenggam tangan Oma yang duduk di sofa. Air mata Oma sedari tadi terus turun mendengar percakapan Nara dan Jaehyun.
“Oma, i'm sorry. Aku gak jadi nginep malem ini, aku harus pergi.”
“Oma sehat selalu, ya, makan yang banyak, selalu minum vitamin. Kalo ada kesempatan waktu, ayo kita ketemu lagi. Tapi dengan keadaan yang sehat, ya, Oma,” Nara mengusap air mata Oma.
“Maafin Nara, ya, Oma kalo Nara ada salah. Nara sayang sama Oma,” ucap Nara lalu memeluk Oma dengan erat.
“Jangan pergi, sayang, temenin Oma disini.”
“Nara harus pergi dulu Oma, maaf.”
Nara melepaskan pelukannya lalu mulai berjalan ke arah pintu rumah, ia tidak mau melihat Jaehyun atau bahkan ketiga kakaknya karena itu membuatnya sakit. Mereka yang menimbulkan kekecewaan dalam dirinya.
Baru dua langkah Nara berjalan, tangannya ditarik oleh Sungchan dan membawa Nara ke pelukannya, diikuti oleh Mark dan Jeno yang memeluk Sungchan dan Nara.
Nara bisa mendengar isak tangis mereka walau tidak kencang. Mereka benar-benar tidak menginginkan Nara pergi.
“Jangan pergi, Ra, tolong. Tetap disini sama gue. Gue janji gak bakal pinjem laptop lo lagi,” -Sungchan.
“Gue mohon sama lo, Ra, jangan pergi. Maafin gue, Ra.” -Jeno.
“Stay with us, Ra. Aku nggak tau gimana jadinya kalo kamu pergi dari rumah. Tolong jangan pergi, maafin aku.” -Mark.
Nara melepaskan pelukan mereka dan meraih tangan mereka masing-masing.
“Kak Mark, maafin Nara, ya. Makasih juga karena kak Mark selalu nurutin apa yang aku mau, tapi Nara harus tetap pergi.”
“Sungchan, semangat ujian nasionalnya, semoga ke terima di kampus favorit lo. Buat laptopnya, pake aja gapapa, itu punya lo. Maaf kalo gue salah sama lo.”
“Kak Jeno, maafin Nara. Nara sering manggil Jeno gak pake 'kak', maafin Nara kalo Nara sering ucapin kata kasar ke Jeno. Semangat kuliahnya, ya, kak.”
“Nara pergi, kalo ada kesempatan waktu, nanti kita ketemu lagi, ya. Jangan sombong, ya, kak, kalo ketemu Nara.”
Nara tersenyum dan melepaskan genggaman tangannya lalu berjalan menuju pintu rumah Oma nya.
“Jung Nara, stop disana.”
Nara berhenti sebentar saat Jaehyun mengucapkan kata itu dengan nada yang terkesan marah dan dingin. Biasanya Jaehyun selalu mengucapkan itu dan Nara berhenti seraya ketakutan. Namun sekarang tidak, ia tidak bisa melakukan itu lagi. Ada rasa takut dalam dirinya namun rasa kecewanya kini lebih mendominasi.
Nara tetap meneruskan langkahnya tak mendengarkan ucapan Jaehyun.
“Kamu tidak mendengarkan papah?”
“Balik kesini, Jung Nara.”
“Jung Nara!”
Nara tidak menggubris Jaehyun sama sekali, ia tetap jalan keluar rumah dan menutup pintu besar itu. Ia tidak bisa mendengarkan Jaehyun kali ini, ia sangat kecewa dengan Jaehyun.
© jenxclury