The Truth
Mobil Jaehyun sudah terparkir diperkarangan rumah milik Jung. Ya, Jaehyun membawa Nara kembali ke rumah, ia tidak ingin Nara pulang ke kostan nya. Itu bisa saja tidak aman walau Agra sudah berada di sel. Alexa membantu Nara turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Dugaan Alexa terhadap Nara ternyata salah, Nara senang jika Alexa berada disampingnya. Bahkan Nara sangat membutuhkan Alexa sekarang, walau mereka masing-masing masih terasa canggung.
Nara melangkahkan kakinya memasuki rumah dengan melihat sekelilingnya, tidak banyak berubah. Hanya beberapa hiasan rumah yang mungkin diganti oleh Jaehyun. Alexa mengantarkan Nara sampai ke kamar dan diikuti oleh Jaehyun, saat membuka pintu kamarnya, Nara sama sekali tidak melihat perbedaan. Semua masih sama seperti setahun lalu. Jaehyun maupun Alexa tidak pernah mengubah ataupun mengambil aksesoris yang ada di dalam kamar Nara.
Nara duduk di tepi kasur, mengelus selimut miliknya yang terasa halus dan lembut, tidak ada debu sedikitpun. Benar-benar dirawat dan selalu dibersihkan, Nara merasa ingin menangis sekarang.
“Semuanya masih sama, aku kira papah udah buang semua barang-barang aku,” Nara tersenyum kecil.
“No, ini kamar kamu, akan selamanya jadi kamar kamu. Papah gak ada hak untuk buang barang-barang kamu, disaat itu juga papah yakin kamu bakalan kembali ke rumah ini,” ucap Jaehyun.
“Dan, Alexa yang selalu bersihin kamar kamu, biar kamar kamu tetap bersih,” lanjut Jaehyun.
Nara menatap Alexa yang jaraknya tidak jauh darinya, Nara tersenyum begitupun dengan Alexa.
“Tante, apa boleh Nara ubah panggilannya jadi Mama? Itu juga kalo tante ijinin Nara buat panggil Mama,” Jaehyun tersenyum senang saat mendengar ucapan Nara.
Alexa sedikit terkejut mendengar ucapan Nara, matanya menatap dalam mata Nara. Ia masih tak percaya apa yang ia dengar, Nara akan memanggilnya Mama. Air matanya mengalir menyusuri pipinya, Alexa mendekat kearah Nara dan memeluknya dengan erat.
Nara membalas pelukan itu, tanpa disadari ia pun ikut menangis saat dipeluk oleh Alexa. Pelukannya begitu hangat dan nyaman, ia tidak ingin melepaskannya. Seperti dipeluk oleh seorang ibu, walau Nara belum pernah merasakannya namun ia sangat tahu rasa hangat dan nyaman yang diberikan.
“Tante senang jika dipanggil Mama sama kamu, senang sekali,” Alexa melepaskan pelukannya dan mengusap kepala Nara.
“Makasih, ya, Ma. Makasih karena selalu bersihin kamar aku, makasih udah mau nerima aku sebagai anak Mama. Makasih,”
“No, no need to say sorry. Kamu anak Mama sama Papah, Mama tidak pernah menganggap kamu anak angkat atau apapun itu. Kamu sama seperti Mark, Jeno, Sungchan. Kamu anak Mama, Ra,” lanjut Alexa. Jaehyun mengusap air matanya yang sedikit menetes, ia sangat bahagia melihat kehangatan ini. Akhirnya kebahagiaan ini yang Jaehyun tunggu, ia tidak menyangka akan seperti ini. Walau masih banyak yang ingin ia sampaikan dan menjelaskan semua kebenarannya.
“Hm.. Sorry kalau papah menganggu keharmonisan kalian but i have something to tell you. Papah mau menjelaskan tentang masalah ditahun lalu, apa kamu mau mendengarkan papah?” ucap Jaehyun kepada Nara.
Nata terdiam sebentar, hari ini, Jaehyun akan mengungkapkan semuanya, menjelaskan apa yang selama ini Jaehyun sembunyikan dari Nara. Sebenarnya Nara sudah tidak peduli dengan masalah itu, ia sudah tidak ingin mengungkit kejadian setahun lalu namun mau tidak mau Nara harus mendengarkan Jaehyun. Ada rasa sedikit ingin tahu dalam diri Nara.
Nara mengubah posisinya menjadi menghadap Jaehyun.
“Benar jika papah mengadopsi kamu dari panti asuhan dan kami berdua menandatangani perjanjian itu. Papah senang dapat bertemu kamu lagi setelah berbulan-bulan kamu menghilang di rumah sakit.”
“Saat papah bilang Mama kamu sudah meninggal, itu benar. Tapi bukan Alexa, melainkan Mama kandung kamu, Lidya namanya. Papah sama Lidya teman dekat, kita satu SMA dulu, disaat itu Lidya ingin melahirkan namun Agra tidak datang. Jadi, papah yang menemani dia.”
“Namun Tuhan punya kehendak lain, Lidya meninggal setelah melahirkan kamu dan dia menitipkan kamu pada papah untuk dijaga dan dirawat. Papah menyetujui itu, kami menyetujui untuk menjaga kamu, Ra.”
Nara hanya diam mendengarkan penjelasan Jaehyun, ia tidak akan menyelak pembicaraan Jaehyun karena ia ingin tahu lebih detail lagi agar semuanya dapat dimengerti dan Nara tidak lagi salah paham pada Jaehyun.
“Tapi disaat kamu masih perlu penanganan medis, suster menyatakan kamu hilang karena sudah tidak ada didalam box bayi waktu itu. Papah panik dan mencari kamu kemanapun, sampai akhirnya papah tau bahwa Agra yang membawa kamu ke panti asuhan.”
“Mungkin kamu terkejut saat papah dan Alexa saling kenal atau bahkan kamu mengetahui bahwa kami sepasang suami istri. Papah sama sekali gak ada niatan untuk menyembunyikan Alexa dari kamu tapi dulu saat kamu masih kecil, kamu selalu menanyakan mama dimana. Dan spontan papah jawab bahwa Alexa sudah meninggal, padahal Alexa sedang berada di luar negeri waktu itu menjaga ibunya yang sedang sakit.”
“Ini salah papah yang harus terpaksa berbohong sama kamu, papah gak tau harus gimana lagi. Kamu terus menanyakan soal itu pada papah yang dimana saat itu papah benar-benar tidak tau harus menjawab apa.”
Jaehyun menggenggam tangan Nara.
“Ra, kalo kamu pikir Agra adalah ayah yang baik, kamu salah, Ra. Dia menghamili Lidya sebelum menikah dan disaat kamu lahir dia juga gak mau nerima kamu. Agra selalu berbuat kasar pada Lidya dan itu turun ke kamu. Agra hanya ingin memanfaatkan kamu, Ra.”
“Bahkan Agra tidak pantas untuk disebut seorang Ayah.”
Jaehyun sudah menjelaskan semua yang sebenar-benarnya, Nara pun mencoba untuk mengerti penjelasan Jaehyun. Entah mengapa rasa sakit yang ia kubur dalam-dalam kini kembali terbuka, tentang dirinya yang benar diadopsi oleh Jaehyun, Agra tidak pernah menerima kehadirannya dan membuangnya ke panti asuhan sampai Lidya, ibu kandungnya juga mengalami kekerasan yang ia alami selama tinggal bersama Agra.
Hati Nara sangat hancur, dadanya terasa sesak, sebegitu menyedihkannya hidup Nara. Kenyataannya, sedari kecil memang hidupnya tidak seberuntung itu, ia dipertemukan oleh keluarga Jung adalah takdir atau bisa jadi hanya kebetulan. Nara semakin bersyukur bertemu dengan orang-orang yang sayang dengannya.
“Pah, aku mau tau wajah mama Lidya seperti apa, boleh aku liat? It's okay cuma dari foto,” ucap Nara.
Dengan cepat Jaehyun mengambil sebuah kotak kecil yang disimpan di bawah lemari baju Nara yang bahkan Nara sendiri tidak tahu ada kotak tersebut.
“Papah sudah lama menyimpan kotak ini di lemari kamu, mungkin tempatnya memang tersembunyi, kamu susah untuk menemukannya,” jelas Jaehyun lalu kembali duduk di samping Nara.
“Ini, foto Lidya waktu SMA dan pada saat acara reuni sekolah,” Jaehyun memberi dua lembar foto Lidya pada Nara.
Lidya adalah seorang wanita yang cantik, mempunyai senyum manis dan memiliki mata yang sangat mirip dengan Nara. Air mata Nara mengalir deras saat mengusap foto tersebut, ini pertama kalinya ia melihat ibu kandungnya sendiri. Walau hanya dari sebuah foto.
“Hanya itu yang papah simpan, papah memang sudah berniat untuk memberitahu kamu, dan ini waktu yang tepat.”
“Cantik. Mama Lidya cantik.”
Alexa mengelus pundak Nara agar Nara telihat tenang dan membawa kepelukannya.
“Maafin papah, ya, Ra, baru bilang sekarang. Papah hanya menunggu waktu yang tepat, tapi sayang saat itu kamu lebih dulu mengetahui semuanya dan papah yang membuat kamu pergi,” ucap Jaehyun dengan rasa penyesalannya.
“No, Nara yang seharusnya minta maaf karena gak mau dengerin penjelasan papah dan langsung pergi gitu aja. Maafin Nara, pah.”
“Makasih juga karena papah selalu jagain Nara, papah bener-bener sayang sama aku, papah sama sekali gak pernah ngebedain aku sama kakak aku. Makasih juga udah mau jadi papah aku sekaligus jadi mama disaat aku butuh pelukan seorang ibu.”
“Nara sayang sama papah, always and forever,” Nara memeluk Jaehyun dengan erat. Ia tidak bisa berkata-kata lagi karena isak tangisnya kini yang mendominasi.
Jaehyun membalas pelukan Nara, ia sudah banyak mengorbankan banyak hal untuk Nara, menemukan segala cara bagaimana membuat Nara bahagia, selalu menjadi kebanggan untuk Nara dan juga keluarganya. Jaehyun benar-benar seorang ayah yang baik, pengertian, penyayang dan juga tegas. Nara senang mempunyai ayah seperti Jaehyun, ia paling mengerti apa yang Nara rasakan. Hanya Jaehyun yang dapat mengerti.
Nara menyayangi Jaehyun tanpa syarat sama halnya dengan Jaehyun. Kini sudah tidak ada lagi kesalah pahaman, tidak ada lagi masalah yang masih menggantung, semua sudah jelas. Keluarga Jung sudah lengkap seperti dulu dengan adanya Alexa juga disini. Mereka dapat menjalani hidup mereka dengan damai dan tentram.
© jenxclury